GAATW Logo

Global Alliance Against Traffic in Women

Human Rights
at home, abroad and on the way...

GAATW Logo

Global Alliance Against Traffic in Women

Human Rights
at home, abroad and on the way...

News

Jumat Feminis: Percakapan tentang Migrasi Tenaga Kerja dari Lensa Feminis

FF rev 01Jumat Feminis: Percakapan tentang Migrasi Tenaga Kerja dari Lensa Feminis adalah inisiatif kolaboratif Association for Women's Rights in Development (AWID), Focus on Labour Exploitation (FLEX), Global Alliance Against Traffic in Women (GAATW), Solidarity Center, dan Women in Migration Network (WIMN).

Selama enam sesi, kita akan melalui pemikiran yang kompleks, membangun/berbagi pengetahuan dan belajar satu sama lain. Kita akan mulai dengan mendiskusikan  tentang 'apa itu lensa feminis pada migrasi tenaga kerja' dan akan beralih ke penelitian feminis, advokasi, pengorgnaisasian dan media. Sesi akhir akan mengimajinasikan masa depan feminis pada migrasi tenaga kerja. Panelis berasal dari akademisi, LSM termasuk organisasi yang dipimpin pekerja migran, serikat pekerja dan media.

Argumen

Migrasi tenaga kerja, di dalam dan di seluruh perbatasan nasional, adalah bagian dari pengalaman hidup banyak perempuan dan laki-kai di dunia saat ini. Pada 2017, ILO memperkirakan ada 164 juta pekerja migran internasional: 96 juta laki-laki dan 68 juta perempuan. Menurut PBB/DESA, sebelum terjadinya COVID-19, jumlah migran internasional telah mencapai 281 juta. Hal ini sejalan dengan tren peningkatan migrasi internasional selama lebih dari dua dekade. Sementara sebagian besar negara tidak mendokumentasikan migrasi tenaga kerja di dalam perbatasan nasional mereka, ada cukup bukti untuk menyimpulkan bahwa jumlah pekerja yang bermigrasi dari daerah pedesaan ke perkotaan dan industri di negara mereka sendiri juga telah berkembang selama beberapa dekade terakhir. Dan terlepas dari gangguan yang diciptakan oleh COVID-19, orang-orang terus bergerak di dalam negara dan melintasi perbatasan.

Seiring dengan kenaikan skala, kompleksitas, dan keragaman migrasi, migrasi juga telah menjadi subjek kebijakan. Komunitas internasional telah mengakui keterkaitan antara migrasi internasional  dan pengembangan instrumen PBB baru-baru ini, termasuk the 2030 Agenda for Sustainable Development, the New York Declaration for Refugees and Migrants and the Global Compact for Safe, Orderly and Regular Migration.

Realitas migrasi tenaga kerja, bagaimanapun, memberi tahu kita bahwa komitmen negara belum direalisasikan. Sejumlah besar migran internal dan lintas batas bekerja di ekonomi informal dan mendapatkan upah yang sangat rendah. Banyak pekerja migran yang memiliki kontrak jangka pendek atau fixed-term contract dan tidak memiliki perlindungan hak yang memadai. Perlu diketahui bahwa kenaikan migrasi tenaga kerja yang terus meningkat terjadi seiring dengan tren global jatuhnya partisipasi angkatan kerja, defisit kerja yang layak dan meningkatnya pengangguran yang telah diperburuk pada tahun lalu karena dampak pandemi COVID 19. Memang, precaritas pekerja migran secara integral terkait dengan pola pengembangan kapitalis, dan kondisi sosial-struktural di mana produksi dan reproduksi sosial tenaga kerja berlangsung. Lebih dari setahun memasuki masa pandemi, krisis di dunia kerja menjadi pengingat bahwa model pembangunan saat ini telah mengecewakan sejumlah besar orang, sumber daya alam yang habis dan menyebabkan kerusakan pada eko-sistem. Jika rezim ekonomi dan paradigma pembangunan saat ini berlanjut, skema tenaga kerja yang eksploitatif juga akan terus berlanjut, meskipun perjanjian-perjanjian  dibuat dalam instrumen internasional.

Eksaserbasi ketidaksetaraan sangat berdampak pada perempuan, yang over representasi di sektor informal. Pekerja migran perempuan biasanya menghadapi hambatan khusus gender untuk pekerjaan formal dengan akses penuh ke perlindungan sosial dan hak-hak buruh lainnya. Sebagian besar peluang kerja bagi migran perempuan berada dalam pekerjaan yang stereotip pekerjaan perempuan. Dengan demikian, mereka biasanya dipekerjakan dalam pekerjaan pelayanan di tingkat yang rendah, seperti pekerjaan rumah tangga, atau pekerjaan industri atau pertanian di tingkat yang  rendah.

Pekerjaan yang  bergaji rendah dan berbahaya yang banyak dikerjakan perempua menunjukan perempuan menanggung beban pengangguran dan memiliki tingkat yang lebih rendah dalam reengagement pekerjaan karena peningkatan tanggung jawab perawatan dan peningkatan diskriminasi. Karena PHK, ada risiko izin kerja mereka tidak akan diperpanjang, sehingga berisiko dideportasi. Ada juga peningkatan risiko pelecehan dan eksploitasi oleh pengusaha yang menyadari precaritas situasi perempuan migran. Pada saat yang sama, banyak perempuan migran dan pengungsi yang bekerja sebagai 'pekerja penting' (‘essential workers’) (misalnya, di perhotelan, perawatan, dan pertanian) dengan peningkatan risiko terhadap kesehatan mereka karena kurangnya alat pelindung dan ketidakmampuan mereka untuk sepenuhnya mengakses perlindungan sosial dan hak asasi manusia dan perlindungan tenaga kerja lainnya.

Bagaimana kemudian kita terlibat dengan masalah migrasi tenaga kerja? Bagaimana kita dapat berdiri dalam solidaritas dengan pekerja migran, bagaimana bekerja dengan aktor negara dan non-negara untuk realisasi hak-hak mereka tetapi juga mengkritisi paradigma ekonomi dan pembangunan yang meningkatkan migrasi genting? Bagaimana kita dapat merayakan agensi dan kekuatan pekerja migran sambil juga menyoroti pelecehan dan eksploitasi yang mereka hadapi? Apakah feminisme-interseksional  memungkinkan kita untuk memahami dan menganalisis realitas kompleks seputar migrasi tenaga kerja? Apakah politik feminis akan membantu kita dalam menata ulang masa depan kita? Seperti apa model feminis interseksi migrasi tenaga kerja? Apakah kita memiliki kolega yang berbasis organisasi yang dipimpin pekerja migran, kelompok pendukung migran, akademisi, media dan serikat pekerja di berbagai wilayah di dunia yang secara kritis terlibat dengan masalah migrasi tenaga kerja dan bekerja menuju realisasi hak di rumah, di luar negeri dan dalam perjalanan?

Kita bergulat dengan pertanyaan-pertanyaan itu dalam pekerjaan kita, dalam berbagi mimpi dan dilema satu sama lain, karenanya merencanakan serangkaian percakapan terstruktur dengan sekelompok kolega yang lebih besar dapat menjadi ide yang baik

 

Sesi Serial Disksusi

Sesi 1: Titik awal kami: Apa sebenarnya pendekatan feminis untuk migrasi tenaga kerja?

23 April 2021, 13:00 GMT

Para sarjana migrasi telah membahas  'feminisasi migrasi tenaga kerja', dan ada konsensus bahwa migrasi adalah fenomena gender.  Apa itu lensa feminis interseksional pada migrasi tenaga kerja? Bagaimana dan mengapa pandangan itu berbeda dari pemahaman 'tradisional' tentang migrasi tenaga kerja?

Moderator: Marianne Mesfin Asfaw (Koordinator Logistik dan Administrasi, AWID) dan Bandana Pattanaik (Koordinator Internasional, GAATW)

Panelis: Dr Nicola Piper (Profesor Migrasi Internasional dan Direktur Pendiri Sydney Asia Pacific Migration Centre di University of Sydney); Dr Priya Deshingkar (Profesor Migrasi dan Pengembangan, Universitas Sussex); Dr Tanja Bastia (Reader pada Pembangunan internasional, Universitas Manchester) dan Dr Mary Boatemaa Setrana, Dosen Senior, Pusat Studi Migrasi (CMS), Universitas Ghana

Sesi 2: Penelitian feminis pada migrasi tenaga kerja

14 Mei 2021, 13:00 GMT

Penelitian feminis berusaha untuk mengatasi struktur kekuasaan yang tidak setara, menantang wacana patriarki yang dominan, dan berpusat pada pengalaman hidup perempuan. Apa implikasi dari melakukan penelitian feminis, terutama selama pandemi? Dengan menggunakan contoh dari penelitian aksi partisipatif feminis, sesi ini berfokus pada membangun pengetahuan tentang migrasi tenaga kerja dari bawah ke atas.

Sesi 3: Menulis tentang migrasi tenaga kerja dari lensa feminis interseksional

4 Juni 2021, 13:00 GMT

Pekerja migran perempuan sering tampil di media sebagai korban pelecehan. Sebagai pekerja dengan upah rendah di sektor yang memiliki perlindungan hak terbatas, pekerja migran perempuan memang mengalami pelecehan dan kekerasan berbasis gender. Namun, migrasi juga merupakan kesempatan bagi perempuan untuk melarikan diri dari kekerasan, memperkaya pengalaman hidup mereka, memperoleh keterampilan baru, dan mendukung diri mereka sendiri dan keluarga mereka. Bagaimana kita dapat mendokumentasikan pengalaman hidup perempuan tanpa menyangkal mereka sebagai agensi? Apakah mungkin menunjukkan bahwa kerentanan dan agensi dapat berdampingan dalam kisah hidup yang sama? Apa contoh representasi diri oleh pekerja migran perempuan itu sendiri?

Sesi 4: Bagaimana lensa feminis menginformasikan advokasi yang kita lakukan?

25 Juni 2021, 13:00 GMT

Sebagaimana ditunjukan selama tahun 2020 dan 2021, perempuan memimpin gerakan perlawanan secara global. Pekerja perempuan selalu memainkan peran yang kuat dalam aktivisme akar rumput, namun dalam koridor kekuasaan mereka tetap tidak terlihat. Bagaimana kita memanfaatkan kekuatan feminis kita untuk menciptakan mekanisme kebijakan responsif gender secara sistematis? Strategi advokasi apa yang ditargetkan untuk meningkatkan kebijakan migrasi tenaga kerja baik yang telah berhasil mauupun yang gagal? Apa yang ditawarkan Global Compact for Migration kepada pekerja migran perempuan dan bagaimana kita membangun gerakan advokasi akar rumput menuju agenda feminis interseksional untuk International Migration Review Forum (IMRF) 2022?

Sesi 5: Migrasi tenaga kerja dan pengorganisasioan feminis interseksional

16 Juli 2021, 13:00 GMT

Migrasi untuk bekerja membawa perempuan (dan laki-laki) melintasi perbatasan dari berbagai jenis. Apa contoh solidaritas di berbagai perbatasan yang kita lihat dalam praktik?  Dapatkah feminisme membantu kita membangun solidaritas di seluruh kelas, kasta, ras, etnis, kewarganegaraan, orientasi seksual dan pekerjaan? Jika demikian, bagaimana? Bagaimana kita mempengaruhi struktur serikat pekerja menjadi lebih inklusif dan persimpangan untuk mendukung penyelenggaraan migran? Bagaimana kita mendukung lembaga pekerja migran perempuan untuk menggunakan hak-hak buruh mereka? Apa bentuk alternatif penyelenggaraan tempat kerja untuk mendukung pekerja migran perempuan? Bagaimana kita menghubungkan upaya yang dilakukan pekerja migran dengan pengorganisasian akar rumput yang lain?

Sesi 6: Membayangkan masa depan feminis dalam migrasi tenaga kerja

6 Agustus 2021, 13:00 GMT

Seperti telah ditunjukkan oleh pandemi, dunia tergantung pada pekerjaan wanita, baik dalam perawatan kesehatan, lansia dan perawatan anak atau pertanian. Ketika dunia mengalihkan fokusnya ke pemulihan pasca-pandemi, para pendukung keadilan sosial menyerukan perubahan struktural. Kami bertanya: Jika dunia kerja berubah, apa kemungkinan menghasilkan dunia feminis? Dan bagaimana kita sampai di sana? Sebagai feminis, perubahan apa yang ingin kita lihat di arena migrasi tenaga kerja? Apakah kita memiliki contoh di mana ini sudah terjadi? Apa yang bisa kita lakukan untuk membuat visi kita menjadi kenyataan? Kekuatan apa yang kita miliki dan apa yang memberi kita harapan?

Pendaftaran:

Untuk mendaftar untuk seluruh seri, atau hanya beberapa sesi, silakan isi formulir ini di link berikut: this form.